Purwakarta , Suarakiri.com – Dalam momentum 100 hari kerja Pemerintahan Bupati Purwakarta Saepul Bahri Bin Zein dan Wakil Bupati Hapidin, sorotan tajam datang dari Ketua DPC XTC Purwakarta, Hengky Suan, S.H. Melalui pernyataan resminya, Hengky menilai tidak ada capaian nyata yang lahir dari pemikiran Bupati Purwakarta sendiri.
“Bupati Purwakarta tidak ada gagasan dan isi otaknya karena selama 100 hari kerja ini Saya menilai beliau hanya mengikuti apa kegiatan yang menjadi arahan dari Pimpinan eksekutif tertinggi di Jawa Barat yaitu Gubernur Jawa Barat (KDM),” ujar Hengky Suan melalui pesan singkat.
Ia juga menyoroti hilangnya independensi dalam kepemimpinan Bupati Purwakarta. Hengky menilai sang bupati terlihat seperti kehilangan arah dan selalu menunggu arahan dari atasannya, alih-alih mengambil inisiatif sebagai kepala daerah.
“Bupati Purwakarta kehilangan kebebasannya sebagai seorang bupati, seperti ada ketakutan dalam dirinya ketika ingin melangkah, harus izin kepada atasan terlebih dahulu. Marwah seorang bupati tidak terlihat di sini, bupati Purwakarta hanya menunggu apa yang menjadi arahan atau apa yang dilakukan oleh KDM. Jika hanya seperti itu, anak SMP juga bisa jadi bupati, apalagi cuman buat Surat Edaran untuk ngosrek,” lanjut Hengky.
Dalam kritiknya, Hengky juga menyinggung kondisi sosial ekonomi masyarakat Purwakarta yang menurutnya belum tersentuh oleh kebijakan nyata dari pemimpin daerah.
“Sedangkan harga pangan naik, pengangguran tidak terselesaikan, jauh dari kalimat visi dan misi apalagi dalam sesi debat waktu pilkada kemarin,” katanya.
Tak hanya itu, Hengky juga mempertanyakan dasar hukum dari kebijakan berupa surat edaran yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten saat ini.
“Buat surat edaran yang tidak ada dasar hukumnya, jadi pemimpin jangan terlalu latah, terlalu manut pada gubernur sehingga tidak bisa menjadi diri sendiri, seperti takut untuk melangkah. Ini harus dibenarkan, ini harus diluruskan, yang seharusnya bupati takutkan itu adalah rakyat,” tegasnya.
Hengky pun menyampaikan bahwa XTC siap turun ke jalan sebagai bentuk ekspresi kekecewaan terhadap matinya akal sehat pemerintahan saat ini.
“XTC akan turun ke jalan, untuk menggemakan telah hilang dan matinya akal sehat pemerintahan bupati dan wakil bupati Purwakarta, tunggu saja,” ungkapnya.
Tak hanya mengkritik sang pemimpin, Hengky juga mengungkapkan bahwa dirinya mengetahui adanya masalah di internal lingkaran dekat Bupati.
“Sedikit banyaknya saya juga tahu, kebobrokan di internal orang-orang terdekat bupati baik masalah outsourcing di Pemda itu, dll.,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa lingkungan dekat Bupati dipenuhi oleh orang-orang yang tidak konsisten terhadap apa yang mereka keluhkan.
“Orang-orang terdekat bupati itu munafik semua, mereka mengeluh terhadap sistem tapi mereka tetap di sana tanpa mengingatkan dan bereaksi untuk perubahan. Ya mungkin karena mereka masih pada butuh, itulah kaum munafik,” pungkas Hengky Suan, S.H.
Menutup pernyataannya, Hengky menegaskan bahwa XTC bukan organisasi premanisme, melainkan ormas yang hadir sebagai contoh ketegasan dan keberanian dalam menyikapi persoalan rakyat.
“XTC bukan organisasi premanisme, XTC adalah ormas. XTC pada hari ini hadir untuk memberikan contoh kepada ormas-ormas lainnya. Jangan pernah takut kelaparan jika bertentangan dengan birokrasi,” tutupnya.