SuaraKiri.com – Orang ini bukan seorang kepala negara. Ia bukan miliarder, apalagi selebritas. Tapi warisan perjuangannya mengubah wajah perburuhan modern Amerika Serikat pasca Perang Dunia II. Namanya Thomas Reilly Donahue, dan ia adalah simbol hidup dari kekuatan buruh yang bersatu.
Donahue menjabat sebagai Sekretaris-Bendahara AFL–CIO (Federasi Buruh Amerika dan Kongres Organisasi Industri) selama 16 tahun (1979–1995). Ia kemudian menjadi Presiden Emeritus dari tahun 1996 hingga wafatnya. Selama itu, ia tak hanya mengelola organisasi, tetapi memelopori arah strategis pergerakan buruh untuk menanggapi tantangan zaman otomatisasi, privatisasi, hingga union busting.
Tidak banyak yang menyadari bahwa Donahue pernah pula menjabat sebagai Presiden AFL–CIO sementara pada tahun 1995, menjadikannya satu-satunya orang yang pernah menduduki dua posisi puncak dalam organisasi serikat buruh terbesar di Amerika Serikat.
Keserakahan Terorganisir vs. Keadilan Terorganisir
Donahue memahami satu hal penting: eksploitasi bukan sekadar masalah moral, tetapi masalah sistemik. Di balik setiap upah murah dan jam kerja panjang, ada struktur yang menopang kesenjangan tersebut. Oleh karena itu, hanya dengan struktur tandingan yang kokoh yaitu buruh yang terorganisir ketimpangan itu bisa dilawan.
Kutipannya kini menjadi slogan perlawanan:
“The only effective answer to organized greed is organized labor.”
Kalimat ini bukan retorika. Ia adalah hasil perenungan panjang dari puluhan tahun berada di garis depan perjuangan buruh.
Orang Ini Adalah Sejarah yang Menolak Lupa
Ketika neoliberalime menyapu dunia pada dekade 1980-an dan 1990-an, banyak serikat pekerja melemah atau bahkan bubar. Tapi tidak dengan AFL–CIO di bawah Donahue. Ia menyusun ulang strategi advokasi, memperluas jaringan internasional, serta memperkuat pendidikan buruh di tingkat akar rumput. Ia bahkan mengangkat isu-isu progresif seperti hak-hak buruh perempuan dan buruh migran jauh sebelum itu menjadi arus utama.
Orang ini bukan sekadar pemimpin organisasi. Ia adalah arsitek gerakan, seorang pemikir sekaligus praktisi yang percaya bahwa demokrasi tidak hanya berhenti di bilik suara, tapi juga harus hidup di tempat kerja.
Apa yang bisa kita pelajari dari “orang ini?
1.Keadilan tidak datang dengan sendirinya. Ia diperjuangkan.
2.Buruh tak boleh jalan sendiri-sendiri. Mereka harus bersatu dan terorganisir.
3.Serikat pekerja bukan pengganggu, tapi penjaga moral dalam sistem ekonomi yang tak netral.
Dalam dunia yang makin individualistis, “orang ini” mengingatkan kita bahwa solidaritas bukan nilai kuno. Justru di zaman ketidakpastian ini, kita semakin butuh serikat yang kuat, pemimpin yang jujur, dan pekerja yang berani menuntut haknya.
Thomas Reilly Donahue bukan sekadar sejarah buruh Amerika ia adalah mercusuar perjuangan buruh sedunia.