SuaraKiri – Di tengah kerasnya dunia kerja dan dinamika hubungan industrial yang makin kompleks, serikat pekerja seharusnya berdiri paling depan bukan justru tunduk atau menjadi penonton pasif di hadapan manajemen.
Serikat pekerja jangan jadi pecundang! Jangan sampai suara anggota hanya dijadikan data dalam laporan ke dinas, tanpa ada langkah nyata untuk membela hak-hak mereka.
Hubungan industrial memang penting. Dialog, perundingan, dan komunikasi adalah bagian dari mekanisme formal yang diakui dalam hukum ketenagakerjaan.
Tapi jangan pernah melupakan marwah serikat buruh jiwa perjuangan, semangat perlawanan, dan keberanian menyuarakan ketidakadilan.
Serikat bukanlah alat formalitas, tapi benteng terakhir bagi pekerja saat sistem mulai abai dan perusahaan semakin rakus.
Anggota di bawah menanti. Mereka bukan menunggu seremonial, bukan menanti brosur dan seminar tanpa makna.
Mereka menunggu aksi nyata. Mereka menunggu suara lantang dari para pengurus yang berani bersikap. Mereka ingin bukti bahwa serikat masih punya taring, masih punya nyali, masih menjadi rumah perlawanan.
Serikat pekerja harus kembali ke akarnya: perjuangan. Bukan basa-basi. Bukan kompromi tanpa hasil.
Saat manajemen menekan, serikat harus berdiri tegak. Saat hak-hak dilanggar, serikat harus melawan. Diam bukan pilihan.
Karena diam hanya akan mengubur harapan anggota yang sudah percaya dan menggantungkan masa depannya pada kekuatan kolektif.