SuaraKiri – Banyak serikat pekerja hari ini sibuk membangun citra di luar. Sibuk tampil di seminar, konferensi, dan forum-forum eksternal dengan jargon perjuangan dan solidaritas. Tapi bagaimana kondisi di dalam pabrik? Ketika ada pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak, mereka diam.
Saat kesewenangan merajalela, mereka bungkam. Ketika ketidakadilan dirasakan pekerja setiap hari, suara serikat justru menghilang. Ini realita yang tak bisa dibantah.
Serikat pekerja jangan membesarkan diri di luar tapi menjadi kucing di dalam pabrik. Pekerja tidak butuh pencitraan. Mereka butuh keberanian.
Mereka butuh pembelaan nyata. Serikat bukan untuk terlihat keren di luar. Serikat dibentuk untuk menjadi tameng di dalam. Apa gunanya bendera besar di jalan, jika di dalam pabrik nyali serikat ciut?
Serikat sejati adalah yang berdiri bersama anggotanya dalam tekanan paling keras. Ketika PHK menghantam, dia melawan.
Ketika manajemen semena-mena, dia bersuara. Ketika hak-hak dirampas, dia bertindak. Serikat tidak boleh menjadi simbol kosong yang hanya bergerak di permukaan, tapi mati di akar rumput.
Jangan biarkan pabrik menjadi ladang ketidakadilan karena serikat takut kehilangan kedekatan dengan manajemen.
Serikat tidak boleh mencari aman. Serikat harus mencari kebenaran. Karena jika serikat diam, maka siapa lagi yang akan bicara?
Wahai pengurus serikat: tanyakan pada diri kalian, untuk siapa kalian bergerak? Untuk nama? Untuk panggung? Atau untuk mereka yang setiap hari mencangkul nasib di balik mesin dan target produksi?
Jangan terlihat garang di luar, tapi jinak di hadapan manajemen. Jangan jadi serikat yang hanya kuat di media sosial, tapi lemah di ruang negosiasi. Jika tidak ada pergerakan di dalam, maka semua pencitraan di luar adalah sia-sia.