Membedakan Mereka yang Numpang Hidup dan Mereka yang Menghidupkan: Menyingkap Wajah Asli di Balik Organisasi, Lembaga, dan Komunitas

SuaraKiri.com – Dalam perjalanan organisasi, lembaga, atau komunitas apa pun, selalu akan kita temui dua wajah manusia: mereka yang numpang hidup, dan mereka yang menghidupkan.

Yang pertama adalah mereka yang menjadikan organisasi sebagai tempat menggantungkan nasib, bukan tempat untuk mengabdi. Mereka hadir karena ada yang bisa diambil gaji, jabatan, akses, pengaruh, atau bahkan sekadar rasa aman dalam identitas sosial.

Maka jangan heran bila mereka akan membela mati-matian organisasi itu, bukan karena cinta atau keyakinan pada visi, melainkan karena itulah sumber penghidupannya.

Mereka akan menggigit siapa pun yang dianggap mengganggu kenyamanannya. Kritik akan dianggap ancaman. Inovasi dianggap pembangkangan. Mereka adalah anjing penjaga, setia bukan pada perubahan, tapi pada posisi mereka sendiri.

 

Sebaliknya, ada mereka yang datang bukan untuk mengambil, melainkan untuk memberi. Mereka yang menghidupkan organisasi. Mereka tidak menjadikan organisasi sebagai ladang penghidupan, tapi sebagai ladang pengabdian.

Mereka hadir membawa gagasan, semangat kolaborasi, dan energi perubahan. Mereka tidak takut kehilangan jabatan, karena mereka tidak bergantung padanya. Yang mereka pikirkan adalah: apa yang bisa saya berikan? Bagaimana agar keberadaan organisasi ini membawa manfaat yang lebih luas, menyentuh hidup orang lain, menumbuhkan kesadaran, dan memberi dampak nyata?

Mereka mungkin tak selalu disukai. Karena perubahan memang tak nyaman. Tapi merekalah yang sebenarnya menanam akar masa depan.

Mereka menyalakan percikan kritis, membuka ruang dialog, mengajarkan makna nilai, bukan sekadar loyalitas buta.

Dunia ini memang pelik, penuh warna abu-abu dan kepentingan yang berseliweran. Tapi justru di situlah karakter manusia benar-benar terlihat.

Ketika semua topeng dilepas, kita akan tahu: siapa manusia sejati yang membawa nyala, dan siapa yang hanya menggonggong menjaga api yang sudah padam.

Organisasi tidak akan bertahan karena dijaga oleh mereka yang takut kehilangan. Tapi ia akan tumbuh dan hidup karena dihidupi oleh mereka yang rela memberi tanpa pamrih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *