SuaraKiri.com – Hilirisasi industri kerap dipromosikan sebagai strategi pembangunan nasional. Namun, di balik jargon nilai tambah dan pertumbuhan, buruh dan masyarakat lokal sering kali menjadi pihak yang dikorbankan.
Proyek smelter dan kawasan industri banyak dikuasai konglomerat dan investor asing, sementara warga hanya jadi penonton atau korban penggusuran, konflik agraria, dan kerusakan lingkungan.
Buruh dipekerjakan dengan upah rendah, keamanan kerja minim, dan tanpa kepastian masa depan.
Di sisi lain, eksploitasi energi dan SDA terus berlangsung, merusak ekosistem demi profit.
Tanpa keadilan sosial dan ekologis, hilirisasi hanya akan memperpanjang warisan kolonialisme ekonomi.
Pembangunan harus dikawal agar berpihak pada rakyat dan alam, bukan hanya angka investasi.