Surabaya, SuaraKiri.com – Vice President Relations Husky-CNOOC Madura Limited (HCML), Hamim Tohari, mengungkapkan proyek Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) yang digadang menjadi solusi krisis air bersih di Pulau Madura masih belum terealisasi.
Menurutnya, penyebab utama mandeknya proyek tersebut adalah adanya konflik kepentingan serta belum tercapainya kesepakatan di antara masyarakat dan pihak terkait.
“Program itu sebenarnya sudah ada sejak lama, tetapi tidak jalan. Kenapa? Karena ada konflik, kesepakatannya belum ketemu, termasuk soal pengaturan dan biaya.
Bahkan lokasinya pun sempat dipersoalkan, ada warga yang tidak setuju kalau titiknya di tengah,” ujar Hamim usai menghadiri acara Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Surabaya, Selasa (30/9/2025).
Meski demikian, ia menegaskan SWRO tetap menjadi isu penting dan salah satu opsi paling tepat untuk penyediaan air bersih di Madura.
“Kami akan sangat senang bila ada proses penyelesaian. Kalau biayanya disepakati, program ini bisa dijalankan, meskipun tidak selesai dalam satu tahun,” tambahnya.
Selain soal air bersih, Hamim juga menyinggung persoalan listrik. Ia menekankan bahwa penyediaan listrik tidak bisa dilakukan secara mandiri, melainkan harus melibatkan PLN sebagai pihak yang memiliki kewenangan.
“Mau tidak mau, soal listrik memang kewajiban PLN. Itu sudah diatur pemerintah,” tegasnya.
Hamim menambahkan, kontrak kerja HCML di Blok Madura akan berakhir pada 2032. Namun, sebelum itu, perusahaan telah menyiapkan program lanjutan, termasuk rencana pengembangan sumur baru pada 2027 dengan umur produksi diperkirakan enam tahun.